BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan judul Makalah ini yaitu tentang
“Sistem Produksi pada Usaha Mikro Mie Wonogiri” ini dibuat untuk memenuhi tugas
pada Mata Kuliah “Manajemen Operasional” yang membahas masalah-masalah tentang
Sistem Produksi Mie Wonogiri yakni
sejenis Mie Basah yang di Produksi oleh usaha Mikro untuk memenuhi pesanan dari
para pedagang mie lainnya seperti pedagang Mie Ayam dan sebagainya.
B. Tinjauan Pustaka
Makalah yang berjudul “Sistem Produksi pada Usaha
Mikro Mie Wonogiri” ini dibuat dengan metode studi kepustakaan. Metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca dan menelaah pustaka serta
realita dalam masalah yang dikaji yaitu tentang Sistem Produksi pada usaha
mikro yang di jalankan oleh suatu perusahaan.
C. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
masalah-masalah yang dibahas dapat berdasarkan sebagai berikut:
·
Bagaimana
perkembangan system produksi pada usaha mikro
·
Bagaiman system
pengendalian produksinya
·
Bagaimana
informasi produksi dalam usaha mikro tersebut serta bagaimana proses manajemen
yang di kelola oleh usaha Mikro tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
Sistem Produksi
Mendirikan sebuah usaha bukan merupakan perkara yang
mudah. Namun menjaga dan memelihara usaha yang kita dirikan jauh lebih berat
daripada mendirikannya. Hal tersebut dikarenakan menyangkut segala macam
masalah yang lebih banyak dan lebih rumit serta tantangan yang akan muncul
secara silih berganti. Tantangan tersebut tidak hanya muncul dari dalam
perusahaan itu sendiri melainkan juga dari luar perusahaan. Untuk
mempertahankan kelangsungan usaha yang kita dirikan tersebut segala persoalan
dan tantangan yang muncul harus diselesaikan dengan dan sebaik mungkin.
System merupakan suatu rangkaian dari beberapa
elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang antara satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan system produksi merupakan gabungan
dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang
untuk melaksanakan proses produksi. Dan beberapa elemen tersebut antara lain
adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak fasilitas produksi, lingkungan
kerja dari para karyawan serta standar produksi yang digunakan dalam perusahaan
tersebut.
1.
Perencanaan
Produk
Perencanaan
produk merupakan hal yang utama kita pikirkan atau rencanakan sebelum
menentukan rencana-rencana berikutnya, karena tidak mungkin kita dapat membuat
atau mendirikan sebuah usaha jika kita tidak mengetahui produk apa yang akan di
produksi oleh perusahaan kita.
Perencanaan
ini harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin karena mengingat akan pentingnya
pemilihan produk yang akan diproduksi atau dikelola untuk dpergunakan dan
dijalankan dalam jangka panjang dan berkelanjutan.
Usaha
“Mikro Mie Wonogiri” ini merencankan produknya dengan mempertimbangkan dan
melihat peluang bisnis yang ada dalam usaha pembuatan mie basah di Kalimantan
selatan ini. Karena pengelola usaha ini melihat akan sulitnya menemukan mie
basah untuk bahan pembuatan mie, seperti mie ayam dan sebagainya bagi pedagang jajanan
mie ayam tersebut. Selain hal tersebut pengelola usaha juga memanfaatkan
kemampuan yang dimilikinya dalam pembuatan mie basah tersebut sehingga tidak
hanya mendatangkan keuntungan bagi usaha yang dikelolanya sendiri tapi juga
pedagang-pedagang mie lainnya seperti pedagang mie ayam yang membeli mie basah
dari usaha Mikro yang dikelola oleh usaha mikro “Mie Wonogiri” ini.
2.
Perencanaan
Lokasi Pabrik
Pabrik
atau tempat dimana proses produksi dijalankan ini seharusnya direncanakan
dengan sebaik mungkin. Karena kesalahan dalam pemilihan lokasi pabrik atau
usaha akan menimbulkan kerugian bagi usaha yang kita kelola. Pemilihan lokasi
pabrik harus menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
sehingga dapat menunjang potensi untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
Usaha
“Mikro Mie Wonogiri” ini tidak berdasarkan perencanaan lokasi pabrik yang baik,
karena hanya memanfaatkan fasilitas yang ada di sekitar rumah tinggal pemilik
usaha tersebut, yakni memanfaatkan gudang kosong yang terletak di belakang
rumah sebagai tempat pembuat mie tersebut. Akan tetapi lokasi tersebut
memudahkan bagi pemilik usaha karena
letaknya yang tidak jauh dari rumah tinggalnya serta mudah dijangkau sehingga
tidak memerlukan biaya tambahan lainnya dan juga dilingkungan tersebut banyak
terdapat pedangang mie yang memudahkan pemilik usaha dengan mudah memasarkan
produk mie yang dikelola oleh usahanya.
1.
Perencanaan
Letak Fasilitas Produk
Perencanaan
fasilitas produk seperti mesin, bahan baku dan lain-lain merupakan hal yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas dalam sebuah usaha
baik usaha berskala kecil maupun skala besar. Perencanaan letak fasilitas
produk yang teratur serta memenuhi persyaratan teknis yang baik dan sesuai
prosedur akan menunjang tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proses
produksi dalam sebuah usaha yang bersangkutan.
Usaha
Mikro “Mie Wonogiri” ini menerapkan perencanaan letak fasilitas produk yang
cukup baik, karena penempatannya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
tertentu yang dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan
jika menempatkan fasilitas produk yang asal-asalan dan tidak sesuai dengan
prosedur keselamatan kerja.
2.
Perencanaan
Lokasi Pabrik
Pabrik
atau tempat dimana proses produksi dijalankan ini seharusnya direncanakan
dengan sebaik mungkin. Karena kesalahan dalam pemilihan lokasi pabrik atau
usaha akan menimbulkan kerugian bagi usaha yang kita kelola. Pemilihan lokasi
pabrik harus menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
sehingga dapat menunjang potensi untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
Usaha
“Mikro Mie Wonogiri” ini tidak berdasarkan perencanaan lokasi pabrik yang baik,
karena hanya memanfaatkan fasilitas yang ada di sekitar rumah tinggal pemilik
usaha tersebut, yakni memanfaatkan gudang kosong yang terletak di belakang
rumah sebagai tempat pembuat mie tersebut. Akan tetapi lokasi tersebut
memudahkan bagi pemilik usaha karena
letaknya yang tidak jauh dari rumah tinggalnya serta mudah dijangkau sehingga
tidak memerlukan biaya tambahan lainnya dan juga dilingkungan tersebut banyak
terdapat pedangang mie yang memudahkan pemilik usaha dengan mudah memasarkan
produk mie yang dikelola oleh usahanya.
3.
Perencanaan
Letak Fasilitas Produk
Perencanaan
fasilitas produk seperti mesin, bahan baku dan lain-lain merupakan hal yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas dalam sebuah usaha
baik usaha berskala kecil maupun skala besar. Perencanaan letak fasilitas
produk yang teratur serta memenuhi persyaratan teknis yang baik dan sesuai
prosedur akan menunjang tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan proses
produksi dalam sebuah usaha yang bersangkutan.
Usaha
Mikro “Mie Wonogiri” ini menerapkan perencanaan letak fasilitas produk yang
cukup baik, karena penempatannya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
tertentu yang dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan
jika menempatkan fasilitas produk yang asal-asalan dan tidak sesuai dengan
prosedur keselamatan kerja.
|
4.
Perencanaan
Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja merupakan factor yang sangat mempengaruhi dalam mengelola sebuah usaha.
Lingkungan kerja yang baik akan menunjang
tingkat produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang baik yaitu lingkungan
kerja yang dapat menjaga fasilitas, hubungan antar karyawan, karyawan dengan
pimpinan, kebersihan keamanan dan lain sebagainya dengan baik sehingga semua
aspek yang terlibat dalam lingkungan kerja tersebut merasa nyaman berada
dilingkungan itu.
Dalam usaha “Mie
Wonogiri’ yang telah berdiri sejak selama enam tahun yang lalu ini di
lingkungan tersebut belum pernah ada keluhan dari masyarakat sekitar. Karena
selain pemilik usaha pandai bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Pemilik usaha itu pun sebelumnya ssudah
meminta izin dari ketua RT dan tokoh masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
tempat pabrik berdiri.
5.
Perencanaan
Standar Produksi
Standar
produksi ini merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Dengan
adanya standarisasi dalam sebuah usaha akan menguntungkan perusahaan
tersebu, karena para karyawan sudah
mengetahui standar produk dan mempunyai pegangan yang mereka produksi.
Dalam
usaha Mikro “ Mie Wonogiri” ini standar yang di tetapkan oleh pemilik usaha
adalah standar yang sedang saja. Standar tersebut ditetapkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Yaitu seperti karena kurangnya pesaing yang
mengelola usaha sejenis, selain itu pemasaran yang tidak terlalu luas pun
menjadi salah satu pertimbangan kenapa perusahaan menetapkan standar produksi
yang sedang.
B. Sistem
Pengendalian Produksi
Dalam
system pengendalian produksi ini ada beberapa hal yang perlu dibicarakan yaitu
seperti masalah pengendalian proses produksi, pengendalian bahan baku,
pengendalian tenaga kerja, pengendalian biaya produksi, pengendalian kualitas
serta pemeliharaan. Semua hal tersebut sangat mempengaruhi system pengendalian
pada sebuah usaha untuk memajukan usaha yang dikelolanya.
1.
Pengendalian
Proses Produksi
Dalam
pengendalian proses produksi ini menyangkut beberapa masalah tentang
perencanaan dan pengawasan dari proses produksi dalam sebuah usaha/ perusahaan.
Dalam usaha Mikro “Mie Wonogiri” ini produk
yang diproduksikan adalah jenis Mie Basah yang biasa digunakan oleh pedagang
Mie lainnya seperti mie ayam dan lain sebagainya. Usaha ini memproduksi
sebanyak 23 kg lebih setiap harinya untuk memenuhi pesanan dari para
pelanggannya.
Proses produksi “mie wonogiri” ini dimulai
dengan pengadonan bahan baku kemudian diteruskan dengan mengolah bahan baku
dengan menggunakan mesin press dan diakhiri dengan proses akhir yaitu
pemotongan adonan mie. Dan semua kegiatan produksi tersebut dilakukan dari
pukul 05.00 pagi – 14.00 siang. Akan tetapi jika ada pesanan masuk dari
pelanggan maka jam kerja pun akan bertambah sesuai dengan banyaknya pesanan
yang masuk.
2.
Pengendalian
Bahan Baku
Bahan
Baku merupakan unsur yang paling penting dalam proses produksi bagi suatu
usaha. Tidak adanya bahan baku dapat menimbulkan terhentinya proses produksi
sebuah usaha. Oleh karena itu, dalam suatu perusahaan atau jenis usaha
pengendalian bahan baku merupakan hal yang penting agar usaha yang dijalankan
tidak terhenti akibat kurangnya persediaan bahan baku.
Dalam
usaha Mikro “Mie Wonogiri” ini pemilik usaha terjun langsung dalam pembelian
bahan baku. Pembelian bahan baku dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung besarnya jumlah
produksi. Dan jika laba yang di dapatkan oleh usaha tersebut cukup besar, maka
pemilik usaha melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah yang besar untuk
persediaan selama satu minggu.
Dan
selama usaha pembuatan Mie basah ini berproduksi, tidak pernah mengalami
kendala berarti yang diakibatkan oleh kekurangan persedian bahan baku. Hal itu
dikarenakan persediaan yang cukup dan system pengendalian bahan baku yang cukup
baik dilakukan oleh pemilik usaha agar usaha yang mereka dirikan tetap berjalan
walaupun banyak persaingan bisnis yang dihadapi oleh Usaha Mikro Mie Wonogiri
ini.
3.
Pengendalian
Tenaga Kerja
Tenaga
kerja sangat penting dalam kegiatan produksi, dan tenaga kerja langsung yang
produktif akan membantu seluruh jalannya kegiatan perusahaan sehingga semua
kegiatan usaha itu berjalan dengan baik dan efektif serta akan memberikan
keuntungan tambahan bagi usaha itu sendiri.
Dalam
pelaksanaan kegiatan produksi mie wonogiri ini tidak banyak karyawan yang terlibat
dalam pengolahan produk mie basah itu. Usaha ini hanya melibatkan Empat orang
dalam proses produksinya, yakni pemilik usaha itu sendiri, anak dari pemilik
usaha serta di bantu dari dua orang karyawan. Dan jika banyak pesanan yang
masuk tidak ada tambahan tenaga kerja yang hanya saja ada tambahan tenaga dari
istri pemilik usaha itu sendri. Itu semua dilakukan untuk mengendalikan tenaga
kerja agar tidak banyak pengeluran untuk gajih karyawan, karena usaha mie wonogiri
ini hanya usaha keluarga. Jadi dalam usaha ini tidak ada system pengendalian
tenaga kerja yang baik dari pemilik usaha tersebut.
4.
Pengendalian
Biaya Produksi
Biaya
merupakan faktor yang sangat penting untuk direncanakan dengan baik karena jika
sebuah perusahaan/ usaha salah dalam menentukan harga maka akan berakibat pada
kelangsungan usaha mereka tersebut.
Tingginya
biaya produksi yang di keluarkan oleh suatu usaha akan mengakibatkan tingginya
harga harga pokok penjualan produk tersebut, sehingga akan mempersulit
mementukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan dan
tidak terlalu tinggi bagi pelanggan usaha mie basah ini.
Dalam usaha Mie
Wonogiri ini pengendalian biaya produksi sangat di pertimbangkan karena
mengingat akan pentingnya pengendalian harga tersebut untuk kelangsungan usaha
mereka, sehingga para pelanggan setia dari usaha ini tidak berpindah
berlangganan kepada usaha-usaha yang memproduksi mie lainnya.
5.
Pengendalian
Kualitas
Menjaga
kualitas produk sangat penting bagi sebuah usaha untuk meningkatkan atau bahkan
mempertahankan kelangsungan sebuah usaha yang mereka dirikan. Jika sebuah
usaha/ perusahaan memproduksi produk mereka tanpa mengamati dan mempertahankan
kualitas hasil produksi yang menjadi standar dalam usaha mereka, maka akan
berakibat pada kelangsungan usaha mereka itu sendiri di masa yang akan dating.
Disamping
dengan akan bermunculannya usaha-usaha sejenis yang mungkin menawarkan kualitas
produk yang lebih baik. Serta kejelian dan kekritisan para pelanggan dalam
menentukan pilihannya untuk menggunakan produk dengan kualitas yang bagus dan
harga yang relative bias dijangkau oleh pelanggan itu sendiri.
Dengan
beberapa pertimbangan tersebut maka Usaha Mikro Mie Wonogiri ini sangat
memperhatikan pengendalian kualitas hasil produksi mie basah mereka, sehingga
para pelanggan atau konsumen tidak kecewa dengan hasil produk mereka. Dan itu
semua akan mempengaruhi tingkat produktivitas usaha yang mereka kelola dan
berpengaruh pula pada kelangsungan usaha mereka di masa yang akan dating
Usaha
Mie Wonogiri menetapkan harga yang bisa dijangkau oleh para konsumennya yakni
sebesar sepuluh ribu rupiah (Rp. 10.000,-) per/kg mie basah yang mereka
produksi. Dan dengan penentuan harga jual produk tersebut pemilik usaha ini
dapat mempertahankan usahanya selama Enam tahun tanpa kendala yang sangat
mempengaruhi Usaha ini.